Senin, 30 April 2012


Parenting Talkshow bertema :
MENDISAIN KARAKTER ANAK
Dalam Rangka Milad TKIT & PG Darul Amanah Kuningan

Bertempat di gedung Sanggar Riang jalan siliwangi Kuningan, hari itu Minggu 18 Maret 2012 berlangsung PARENTING Talkshow. Kegiatan dengan tema “Mendisain Karakter Anak” ini dihadiri para orang tua dan juga para guru yang terhimpun dalam wadah IGTK, IGRA serta HIMPAUDI.

Parenting Talkshow adalah puncak dari rangkaian kegiatan MILAD TKIT & PG Darul Amanah Kuningan. Acara yang dikemas secara menarik dan interaktif ini menghadirkan pembicara kondang Hj. Sunarsih Wijaya atau lebih dikenal dengan Umi Ninie. Umi Ninie adalah pakar sekaligus praktisi pendidikan anak, sehari-hari menjabat sebagai Direktur eksekutif Lembaga Pembinaan Generasi Dini Muslim (LPGDM) Ri’ayatul Ummah, atas dedikasinya dalam pengembangan pendidikan usia dini ia meraih penghargaan sebagai tokoh perubahan dari KEMENAG RI tahun 2009. Tampil sebagai moderator, Damanhuri Zuhri, wartawan senior harian umum Republika.

Sedianya acara ini akan dihadiri oleh Hj. Netty P Heryawan, MSi istri Gubernur Jabar serta Ibu Hj. Utje Ch Suganda istri Bupati Kuningan. Namun Ibu Netty, tidak bisa hadir karena sakit, tepatnya masih dalam pemantauan dokter dimana hari kamis (15/3/2012) baru keluar dari Rumah sakit untuk kemudian rawat jalan. Sedangkan Ibu Utje, ada keperluan ke luar kota. “Sebetulnya hadirin sekalian, Umi Ninie sudah rindu bertemu ibu Netty, karena menurut pengakuan Umi; Ibu Netty adalah salah satu orang yang menginspirasi, mengajak dan menyemangatinya berdakwah”, ungkap Damanhuri mengawali dialog.”Namun Alloh menentukan takdir lain buat kita, maka yang terbaik yang bisa kita lakukan adalah mendoakan ibu Netty agar bisa lekas sehat dan kembali beraktivitas seperti sedia kala”, kata Damanhuri seraya mengajak seluruh peserta membacakan al fatihah untuk ibu Netty dan siapapun yang tengah kurang sehat.
Dalam sharingnya Umi Ninie memaparkan tentang pentingnya sinergi antara orang tua dan guru dalam membina anak. “Pendidikan anak tidak hanya tanggung jawab para Guru”, ungkap Umi Nini.”Pendidikan anak sejatinya tanggung jawab Orang tua selain tentunya guru, pemerintah dan masyarakat”, jelasnya.
“Orang tua, terutama Ibu adalah Guru Besar untuk anak-anaknya”, cetus Umi Ninie meyakinkan audiens. “Ibu adalah tempat dan sumber belajar pertama”, ujarnya mengingatkan. Di mata Umi Ninie orang tua dan guru harus terus mengembangkan kapasitasnya dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab. Iapun menyoroti betapa vitalnya peran orang tua dibantu guru.

Lebih lanjut dalam merencanakan penumbuhan karakter positif anak, Umi Ninie menyarankan untuk mencontoh atau meneladani rasululloh SAW. Menurutnya, Nabi SAW adalah referensi terbaik langsung dari Alloh SWT yang efektif dan efisien dalam proses mendisain karakter anak.
Beberapa tips mendisain karakter anak ala rasululloh disampaikan secara dialogis oleh Umi Ninie. Moderator dengan cerdik menggali pengayaan bahasan dengan melibatkan peserta. Di sela presentasinya, Umi Ninie mempersembahkan kebolehannya dengan menyanyikan beberapa lagu religi seperti Umat nabi Muhammad dan Ayo Bersyahadat yang merupakan hasil  ciptaannya sendiri. Sontak para peserta dibuat terkagum-kagum, karena selain pemaparannya yang tajam suara Umi Ninie pun terdengar begitu merdu.

Launching KOMUNITAS PARA PENCINTA ILMU & KELUARGA

Bersamaan dengan acara Parenting Talkshow, di-launching pula berdirinya Komunitas Para Pencinta Ilmu & Keluarga. Kehadiran komunitas ini dimaksudkan untuk mewadahi kepentingan kolektif dalam mengembangkan kapasitas orang tua dan guru. Serta langkah nyata mendampingi pendidikan anak-anak.
“Anak-anak adalah wajah dan potret masa depan keluarga dan masyarakatnya”, kata Iman Priatna Rahman sang Koordinator komunitas. “Jadi membincangkan dukungan akan pola dan kondisi terbaik pendidikan anak pada dasarnya membincangkan tempat terbaik keluarga dan masyarakat kita di masa depan”, sambung Iman dalam pengenalan komunitas ini.

Komunitas Para Pencinta ilmu & Keluarga, resmi berdiri tanggal 18 Maret 2012 dengan deklarator seluruh peserta kegiatan parenting talkshow, termasuk pembicara utama dan moderator. Kemunculan komunitas ini diharapkan menjadi bukti semangat dan kepedulian para orang tua dan guru untuk menjadi pendamping terbaik proses pembelajaran anak.

“Cara terbaik untuk memastikan anak-anak kita sehat, soleh dan cerdas…adalah bagaimana terutama orang tua serta guru-gurunya terus berusaha untuk menjadi sehat, soleh dan cerdas”, sebut Iman. “Semoga komunitas menjadi tempat kita bahu membahu meningkatkan kapasitas orang tua dan guru”, harapnya penuh keyakinan.
“Ke depan kita akan menggelar beragam program pengembangan kapasitas orang tua dan Guru, baik Parenting Development Program ataupun Teacher Capacity Building, insya Alloh. Semoga Alloh memudahkan semua rencana baik kita, amin”, pungkas Iman mengakhiri penjelasannya.

Panitia kegiatan tak lupa menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas antusiasme yang tinggi dari para orang tua dan guru yang hadir pada acara tersebut. “Semoga menjadi salah satu amal soleh kita dihadapan Alloh SWT”, harap Mimi Garmiasih penanggung jawab rangkaian MILAD TKIT & PG Darul Amanah Kuningan.

Jumat, 27 April 2012













ikhtiar kolektif untuk kebaikan...


Sebuah Proposal Gagasan
Menuju Kuningan Yang Maju dan Mubarok
... dari Riak Menuju Gelombang ...

Oleh: Iman Priatna Rahman
Pusat Studi & Pemberdayaan Kawula Muda Kuningan
PUSPA KAMUNING

Bismillahir rahmanir rahiim
KUNINGAN Tempat  Kita Meretas Karya
Kabupaten Kuningan terletak pada titik koordinat 108° 23 - 108° 47 Bujur Timur dan 6° 47 - 7° 12 Lintang Selatan. Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6° 45 - 7° 50 Lintang Selatan dan 105° 20 - 108° 40 Bujur Timur.
Bagian timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat, memancarkan daya tarik tersendiri dengan potensi yang terkandung di dalamnya termasuk melimpahnya sumber mata air. Dengan Kontur dan kualitas tanahnya membuat kuningan menjadi lahan pertanian yang cocok untuk beragam tanaman pangan dan industri pertanian.
Dilihat dari posisi geografisnya terletak di bagian timur Jawa Barat berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif berbatasan dengan ;
·         Sebelah Utara : Kabupaten Cirebon
·         Sebelah Timur : Kabupaten Brebes (Jawa Tengah)
·         Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah)
·         Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka
Penduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2007 Menurut Hasil Suseda sebanyak 1.102.354 orang dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,17% pertahun. Penduduk laki-laki sebanyak 549.118 orang dan penduduk perempuan sebanyak 553.236 orang dengan sex ratio sebesar 99,3 % artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Diperkirakan hampir 25% penduduk Kuningan bersifat comuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan sebagainya.
Mayoritas Penduduk Kuningan beragama Islam sekitar 98%, lainnnya beragama Kristen Katolik yang tersebar di wilayah Cigugur, Cisantana, Citangtu, Cibunut, sedangkan sisanya beragama Protestan dan Budha yang kebanyakan terdapat di kota Kuningan. Di wilayah Cigugur juga terdapat penduduk yang menganut aliran kepercayaan yang disebut Aliran Jawa Sunda (Madrais).
Mari kita catat. faktanya 98 % penduduknya adalah pemeluk agama Islam. Di era (demokrasi) dimana jumlah mayoritas dituntut dan berkesempatan berkontribusi besar dalam perubahan dan kemajuan wilayah, data faktawi inilah yang menjadi dasar penting (strategi budaya) Rekonstruksi Sosial yang kita gagas.

Rekonstruksi Sosial sebuah Model Awal Memajukan Kuningan
Satu hal; tanah, dalam agama ini, ternyata adalah persoalan sekunder bukan yang utama. Sebab yang berpijak di atas tanah adalah manusia maka di sanalah Islam pertama kali menyemaikan dirinya: dalam ruang pikiran, ruang jiwa, dan ruang gerak manusia. Tanah (administratif) hanya akan menjadi penting ketika komunitas baru telah terbentuk yaitu sebuah entitas manusia beradab.
Secara struktural, unit terkecil dalam masyarakat manusia adalah individu. Itulah sebabnya rekonstruksi sosial harus dimulai dari sana; membangun ulang susunan kepribadian individu, mulai dari cara berpikir hingga cara berprilaku. Setelah itu inidividu-individu itu harus disambungkan satu sama lain dalam satu sistim jaringan yang baru, dengan dasar ikatan kebersamaan yang baru, identitas kolektif yang baru, sistim distribusi sosisal ekonomi politik yang juga baru.
Begitulah Rasulullah SAW memulai pekerjaannya. Beliau melakukan penetrasi ke dalam wilayah Quraisy dan merekrut orang-orang terbaik diantara mereka. Menjelang hijrah ke Madinah, beliau juga merekrut orang-orang terbaik dari penduduk Yastrib.
Maka, terbentuklah sebuah komunitas baru dimana Islam menjadi basis identitas mereka, akidah menjadi dasar ikatan kebersamaan mereka, ukhuwah menjadi sistem jaringan mereka, dan keadilan menjadi prinsip sistim distribusi sosial ekonomi politik mereka. Tapi perubahan itu bermula dari sana; dari dalam diri individu, dari dalam pikiran, jiwa dan raganya.
Model rekonstruksi sosial seperti itu mempunyai landasan pada sifat natural manusia, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Perubahan mendasar akan terjadi dalam diri individu jika ada perubahan mendasar pada pola pikirnya karena pikiran adalah akar perilaku. Masyarakat juga begitu. Ia akan berubah secara mendasar jika individu-individu dalam masyarakat itu berubah dalam jumlah yang relatif memadai. Tapi, model perubahan ini selalu gradual dan bertahap. Prosesnya lebih cenderung evolusioner, tapi dampaknya selalu bersifat revolusioner. Inilah makna firman Allah SWT:
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah diri mereka sendiri” (QS Ar Ra’du: 11)
Jadi, rekayasa budaya menuju masyarakat baru yang maju dan beradab tinggi harus dimulai dari strategi besar rekonstruksi individu. Ini pekerjaan rumit dan menantang. Namun, Inilah amal dakwah yang nubuwwah sekaligus menarik.
Mari Kita Telaah Sirah Nabawi, tentang strategi perubahan...
Hijrah dalam sejarah dakwah Rasulullah saw adalah sebuah metamorfosis dari gerakan menuju pemberdayaan masyarakat dan negara. Tiga belas tahun sebelumnya Rasulullah saw melakukan penetrasi social yang sangat sistematis, dimana Islam menjadi jalan hidup individu: Islam ”memanusia” dan kemudian memasyarakat. Sekarang, melalui hijrah, masyarakat itu bergerak linear menuju pemberdayaan negara untuk berkontribusi bagi peradaban bumi. Melalui hijrah gerakan itu menegara, dan madinah adalah wilayahnya.
Kalau individu membutuhkan akidah, maka Negara membutuhkan sistem. Setelah komunitas Islam menegara, dan mereka memilih Madinah sebagai wilayahnya. Allah SWT menurunkan perangkat sistem yang mereka butuhkan. Turunlah ayat-ayat hukum dan berbagai kode etik sosial, ekonomi, politik, keamanan dan lain-lain. Lengkaplah sudah susunan kandungan sebuah negara: manusia, tanah dan negara.
Apa yang dilakukan Rasulullah saw persis yang dilakukan pemimpin politik yang akan membentuk negara.
1.      Membangun infrastruktur negara dengan masjid sebagai simbol dan perangkat utamanya
2.      Menciptakan kohesi sosial (pertautan orang) melalui proses persaudaraan antar komunitas darah yang berbeda tapi menyatu sebagai komunitas agama, antara komunitas Quraisy dan Yastrib menjadi komunitas Muhajirin dan Anshar
3.      Membuat nota kesepakatan untuk hidup bersama dengan komunitas lain yang berbeda, sebagai sebuah masyarakat pluralistik yang mendiami wilayah yang sama, melalui piagam Madinah.
4.      Merancang sistem pertahanan negara melalui konsep Jihad fi sabilillah.

Lima tahun pertama setelah hijrah kehidupan dipenuhi oleh kerja keras Rasulullah saw beserta para sahabat beliau untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidup negara Madinah. Dalam kurun waktu itu, Rasulullah saw telah  melakukan lebih dari 40 kali peperangan dalam berbagai skala. Yang terbesar dari semua peperangan tersebut adalah perang Khandak, dimana kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Setelah itu, tidak ada lagi yang terjadi di sekitar Madinah karena semua peperangan sudah bersifat ekspansif.
Sebuah hikmah Sirah Nabi....
Jadi, apa yang harus kita lakukan untuk menggagas Kuningan yang lebih baik dan maju, maka sebagai sebuah bangunan sosial dan teritori, Kuningan membutuhkan :
1.      Manusia, pihak yang akan mengisi suprastruktur. Yaitu manusia/penduduk Kuningan yang berjumlah lebih dari 1.000.000 orang itu !!!  dan 98 % diantaranya beragama Islam.
2.      Sistem, perangkat lunak (software), sesuatu dengan apa kita berprilaku dan bekerja.
Islam dalam hal ini ditawarkan sebagai pilihan objyektif. Karena Islam itu adalah sistem, yang bersifat given, diberikan Allah SWT secara cuma-cuma. Tapi, manusia adalah sesuatu yang dikelola dan dibelajarkan sedemikian rupa hingga sistem terbangun dalam dirinya, sebelum kemudian mengoperasikan kemajuan Kuningan dengan visi dan karakter sistem tersebut. Ini dimaksudkan agar pribadi dan umat Islam tidak kehilangan identitas aslinya untuk hidup maju dan egaliter di negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila ini.
3.      Jaringan Sosial. Manusia sebagai individu hanya mempunyai efektifitas ketika ia terhubung dengan individu lainnya secara fungsional dalam suatu arah yang sama.
Manusia dan sistem adalah bahan dasarnya sedangkan jaringan sosial menjadi pendukung utamanya disamping potensi geografis dan ekonomis Kuningan.
Itulah perangkat utama yang diperlukan untuk memajukan Kuningan: Sistem, Manusia dan jaringan Sosial. Apabila kedalam unsur-unsur utama itu kita masukkan unsur ilmu pengetahuan dan unsur kepemimpinan maka keempat unsur utama tersebut  akan  bersinergi dan tumbuh secara lebih cepat. Walaupun, secara implisit, sebenarnya unsur ilmu pengetahuan sudah masuk ke dalam sistem, dan unsur kepemimpinan sudah masuk ke dalam unsur manusia.
A.  Manusia sebagai Pembawa Peran dan Eksekutor
Menghimpun Kader Pemimpin yang Kompeten
Membicarakan perubahan dan kemajuan, perhatian kita tertuju pada stok dan keberdayaan pemimpin kita. Dari prespektif itu; maka bila ingin memperbaiki umat atau masyarakat, maka harus mengarah pada perbaikan individu. Konsep terbaik untuk merubah individu adalah bekerja dengan meringkas waktu. Bahwa untuk itu kita harus melihat individu yang akan berperan besar memajukan Kuningan  itu adalah individu yang mempunyai dua(2) kualifikasi:
1.      Individu ini mempunyai fitrah untuk berubah dan kembali kepada Islam. Dimana kadar kontaminasi budaya jahiliyah di dalam dirinya relatif sedikit dan memiliki harapan untuk sembuh serta kembali kepada Islam.
2.      Orang itu hendaknya juga mempunyai bakat & potensi dalam dirinya untuk menyembuhkan orang lain atau untuk melakukan perubahan.
Jadi orang tersebut pertama mempunyai kesiapan untuk berubah serta kedua kemampuan untuk mengubah. Sehingga nantinya setiap orang yang berubah itu merupakan agen perubahan (agent of change) selanjutnya (efek multiflier). Inilah pekerjaan menghimpun sumber daya kader pemimpin Kuningan masa depan.

B.  Berkontribusi Atas Nama Islam dan Kesadaran ke-Islam an
Dari sisi Islam dan umat Islam, yang kita sebut pencapaian kemajuan Kuningan (maju, sehat, sejahtera) adalah bagaimana mengembalikan hidup dan kehidupan masyarakat Kuningan (umat Islam) sesuai kehendak Allah SWT atau mengatur hidup ini agar sesuai dengan design Allah. Ikhtiar menyiapkan kader umat yang kompeten tadi dapat dilakukan dengan metoda: Afiliasi, partisipasi dan kontribusi. Langkah-langkah dimaksud adalah;
1.        Afiliasi (personal strength)
Merupakan tahap awal di mana seseorang bergabung dan memperbaharui kembali ;
a.  Komitmentnya terhadap Islam
- komitmen aqidah yaitu menetapkan tujuan dan orientasi/visi/misi kehidupan
- komitmen ibadah yaitu menentukan pola dan jalan kehidupan atau cara kita menjalani kehidupan
- komitmen akhlaq yaitu menentukan pola sikap dan perilaku dalam segala aspek kehidupan
b. Menjadikan islam sebagai basis identitas yang membentuk paradigma,
c.  Memperbaharui mentalitas dan karakternya.
Pada tahap ini seorang muslim akan menjadi kuat secara pribadi karena memiliki ;
- Paradigma kehidupan yang benar dan jelas,
- Struktur mentalitas yang solid dan kuat serta
- Karakter yang kokoh dan tangguh

2.       Partisipasi, (Social strength)
Merupakan tahap kedua di mana seorang muslim telah mencapai kesempurnaan pribadinya, yang kemudian terjun ke masyarakat, menyatu dan bersinergi dengan mereka dalam rangka mendistribusikan keshalihannya. Dalam proses ini, ada 3 hal yang perlu dilakukan, yaitu:
a.    Komitmen untuk mendukung semua proyek kebajikan dan melawan semua projek kerusakan di tengah masyarakat
b.    Komitmen untuk selalu menjadi aktor pemberi atau pembawa manfaat dalam masyarakat
c.     Komitmen untuk selalu menjadi faktor perekat masyarakat dan pencegah disintegrasi sosial.
Pada tahap ini maka seorang muslim akan menjadi seorang yang memiliki kesadaran partisipasi yang kuat, karena ia;
- Menjadi aset kebajikan yang terintegrasi dengan komunitasnya serta
- Menjadi faktor perekat dan pembawa manfaat dalam masyarakat.

3.       Kontribusi (Contributing/professional touch)
Merupakan tahap ketiga di mana seorang muslim yang sudah terintegritas dengan komunitas dan lingkungannya (keluarga, perusahaan dan masyarakat) berusaha meningkatkan efisiensi dan evektifitas hidupnya). Caranya dengan menajamkan posisi dan perannya, sehingga memiliki bidang spesialisasi yang dikuasainya. Dengan itu, ia akan dapat memberikan kontribusi sebesar-besarnya dan menyiapkan "amal unggulan" dalam hidupnya. Amal itu ia persembahkan bagi Allah, ummat dan kemanusiaan secara umum, bagi komunitas sosial dan bisnisnya secara khusus.
Pada tahap ini seorang muslim akan menjadi seorang yang ;
-  Selalu berorientasi pada amal, karya dan prestasi
- Secara konsisten melakukan perbaikan dan pertumbuhan yang berkesinambungan dengan bidang yang ditekuninya tersebut.

Jadi secara ringkas, manusia muslim tadi harus bergabung dulu dengan Islam (afiliasi) secara utuh hingga Islam menjadi karakter dirinya (kesalehan pribadi), kemudian ia berinteraksi dan bergaul dengan masyarakat dan permasalahannya (partisipasi) menyemai kesalehan pribadinya agar lingkungan masyarakatnya ikut saleh. Selanjutnya ia menjadi pekerja-pekerja profesional atau ulung pada bagitu banyak aspek dengan keahlian khusus (kontribusi) membuatnya memiliki kesalehan profesi dalam amanah, baik sebagai pelayan publik (PNS), pekerja, wirausahawan, profesional dan lain sebagianya.
Jangan di balik atau tidak berurut karena tampak bukan memberi solusi tapi kadang menjadi problema baru dalam meretas sumbangsih Islam dan umat Islam.

C.   Membangun Jaringan Sosial
Orang-orang shalih diantara kita harus segera menyadari bahwa tidak banyak yang ia berikan atau sumbangkan untuk Islam kecuali jika ia bekerja di dalam dan melalui jama’ah (kolektifitas/organisasi). Mereka tidak dapat menghindari fakta,;
Ø  Tidak ada orang yang dapat mempertahankan hidupnya tanpa bantuan orang lain
Ø  Tidak pernah ada orang yang dapat melakukan segalanya atau menjadi segalanya,
Ø  Kecerdasan individual tidak pernah dapat mengalahkan kecerdasan kolektif
Ø  Kita hidup dalam sebuah zaman yang oleh para ahli dicirikan sebagai masyarakat jaringan, masyarakat organisasi. Semua aktivitas manusia dilakukan di dalam dan melalui organisasi; pemerintahan, politik, militer, bisnis, kegiatan sosial kemanusiaan, rumah tangga, hiburan dan lain-lain. Itu merupakan kata kunci, mengapa masyarakat modern menjadi sangat efektif, efisien dan produktif.
Masyarakat modern bekerja dengan kesadaran bahwa keterbatasan-keterbatasan yang ada pada setiap individu sesungguhnya dapat dihilangkan dengan mengisi keterbatasan mereka itu dengan kekuatan-kekuatan yang ada pada individu yang lain.
Disinilah perlunya jaringan sosial itu, jaringan kekuatan pencari/pembangun-pemelihara dan pembela kebenaran (baik kebenaran yang dilihat manusia atau universal dari Allah SWT). Mereka yang dihimpun adalah para pemikir konseptual (startegi perencanaan dan gerakan), para eksekutor yang handal dan efektif, para donasi yang ikhlas dan berdaya, para perakit ikatan kebersamaan masyarakat. Mereka adalah Jaringan media, lobi politik, dana, serta fikrah yang produktif dan solutif. Jaringan itu dapat berupa organisasi atau lembaga yang mewadahi orang-orang tadi.
Musuh-musuh Al Haq mengelola dan mengorganisasi pekerjaan-pekerjaan mereka dengan rapi, sementara kita bekerja sendiri-sendiri tanpa organisasi, dan kalau ada biasanya tanpa manajemen.

Selain kesadaran dasar yang harus ditumbuhkan tadi, ada persyaratan psikologis lain yang harus dimiliki jaringan agar dapat bekerja lebih efektif, efisien dan produktif yaitu;
1.       Kesadaran bahwa kita hanya lah bagian dari fungsi pencapaian tujuan. Individu harus ditempatkan sebagai salah satu elemen saja dalam startegi besar komprehensif untuk mencapai tujuan. Jadi sehebat apapun individu, bahkan sebesar apapun kontribusinya, dia tidak boleh merasa lebih besar daripada strategi dimana ia merupakan salah satu bagiannya. Bila tidak organisasi ini akan berantakan. Untuk itu, setiap individu harus memiliki kerendahan hati yang tulus.
2.       Semangat memberi yang mengalahkan semangat meminta. Dalam kehidupan berorganisasi atau berjama’ah terjadi proses memberi dan meminta. Disini kita butuh kearifan dan keikhlasan yang tinggi.
3.       Kesiapan untuk menjadi tentara yang kreatif. Pusat stabilitas organisasi adalah kepemimpinan yang kuat. Namun, seorang pemimpin hanya akan efektif apabila ia mempunya anggota-anggota yang taat dan setia. Ketaatan dan kesetiaan adalah inti keprajuritan.
4.       Berorientasi pada karya, bukan pada posisi. Jebakan terbesar yang dapat menjerumuskan kita dalam kehidupan berorganisasi adalah posisi struktural. Organisasi hanyalah wadah kita untuk beramal.
5.       Bekerjasama walaupun berbeda. Perbedaan adalah tabiat kehidupan yang tidak dapat dimatikan oleh organisasi. Maka, menjadi hal yang salah jika berharap bisa hidup dalam sebuah organisasi yang bebas dari perbedaan. Yang harus kita tumbuhkan adalah kemampuan jiwa dan kelapangan dada untuk tetap bekerjasama di tengah berbagai perbedaan. Perbedaan tidaklah sama dengan perpecahan, dan karena itu kita tetap dapat bersatu walaupun kita berbeda.

Bekontribusi Melalui Wadah Organisasi Islam
Lebih realistis untuk mencari organisasi yang efektif daripada organisasi yang ideal. Organisasi yang efektif adalah organisasi yang dapat mengeksekusi atau merealisasikan rencana-rencananya. Kemampuan eksekuasi itu lahir dari integrasi antara berbagai elemen;
Ø  Ada sasaran dan target yang jelas,
Ø  Strategi yang tepat,
Ø  Sarana pendukung yang memadai,
Ø  Pelaku yang bekerja dengan penuh semangat,
Ø  Lingkungan strategis yang kondusif.

Organisasi yang didirikan untuk kepentingan menegakkan syariat Allah SWT di muka bumi, atau ikut berkontribusi memajukan Kuningan seyogyanya memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1.        Ikatan akidah, bukan kepentingan.
Orang-orang yang berhimpun dalam organisasi itu disatukan oleh ikatan akidah, dipersaudarakan oleh iman, dan bekerja untuk kepentingan Islam. Mereka tidak disatukan oleh kepentingan duniawi yang biasanya lahir dari dua kekuatan syahwat; keserakahan (hubbud dunya) dan ketakutan akan kehancuran (karihatul maut).
2.        Organisasi adalah sarana bukan tujuan.
Posisinya harus tegas dan jelas; organisasi adalah sarana bukan tujuan, sehingga tidak ada alasan unutk memupuk dan memelihara fanatisme sekedar untuk menunjukkan  kesetiaan kepada organisasi.
3.        Sistem, bukan tokoh.
Organisasi akan menjadi efektif jika orang-orang yang ada didalamnya bekerja dengan sebuah sistem yang jelas, bukan bekerja dengan seseorang yang berfungsi sebagai sistem. Pemimpin dan prajurit hanyalah bagian dari strategi, sistem adalah sesuatu yang terpisah. Dengan cara ini, kita mencegah munculnya diktatorisme, dimana selera sang pemimpin menjelma menjadi sistem.
4.        Penumbuhan, bukan pemanfaatan.
Sebuah organisasi akan menjadi efektif jika ia memandang dan menempatkan orang-orang yang bergabung ke dalamnya sebagai pelaku-pelaku, yang karenanya perlu ditumbuh kembangkan secara terus menerus untuk fungsi pencapaian tujuan organisasi itu.
5.        Mengelola perbedaan, bukan mematikannya.
Organisasi yang efektif selalu mampu mengubah keragaman menjadi sumber kreatifitas kolektifnya, dan itu dilakukan melalui mekanisme syura yang dapat memfasilitasi setiap perbedaan untuk diubah menjadi konsesus

Setelah kita menyiapkan kehadiran mereka, maka kita tinggal mengucapkan selamat datang dan selamat bekerja .... para Pemuda hari ini kelompok pemilik saham kebangkitan dan kemajuan masa depan Kuningan....untuk membangun karya agung; ”Kuningan yang maju dan mubarok”.

Semoga Allah SWT menghimpun semua kebaikan kita sebagai kekuatan yang efektif untuk menyelesaikan tugas bersama mengurusi tantangan permasalahan Kuningan. Amin.

Wallahu ’alam bishawab