Sebuah Proposal Gagasan
Menuju Kuningan Yang Maju dan
Mubarok
... dari Riak Menuju Gelombang ...
Oleh: Iman Priatna Rahman
Pusat Studi & Pemberdayaan Kawula Muda Kuningan
PUSPA KAMUNING
Bismillahir rahmanir rahiim
KUNINGAN Tempat Kita Meretas Karya
Kabupaten Kuningan terletak pada titik
koordinat 108° 23 - 108° 47 Bujur Timur dan 6° 47 - 7° 12 Lintang Selatan.
Sedangkan ibu kotanya terletak pada titik koordinat 6° 45 - 7° 50 Lintang
Selatan dan 105° 20 - 108° 40 Bujur Timur.
Bagian timur wilayah kabupaten ini adalah
dataran rendah, sedang di bagian barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai
(3.076 m) di perbatasan dengan Kabupaten
Majalengka. Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat, memancarkan daya tarik tersendiri dengan potensi yang
terkandung di dalamnya termasuk melimpahnya sumber mata air. Dengan Kontur dan
kualitas tanahnya membuat kuningan menjadi lahan pertanian yang cocok untuk
beragam tanaman pangan dan industri pertanian.
Dilihat dari posisi geografisnya terletak di
bagian timur Jawa Barat berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan
kota Cirebon dengan
wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan
Bandung-Majalengka
dengan Jawa Tengah. Secara administratif berbatasan dengan ;
Penduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2007
Menurut Hasil Suseda sebanyak 1.102.354 orang dengan Laju Pertumbuhan Penduduk
(LPP) sebesar 1,17% pertahun. Penduduk laki-laki sebanyak 549.118 orang dan
penduduk perempuan sebanyak 553.236 orang dengan sex ratio sebesar
99,3 % artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk
laki-laki. Diperkirakan hampir 25% penduduk Kuningan
bersifat comuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan
sebagainya.
Mari kita
catat. faktanya 98 % penduduknya adalah pemeluk agama Islam. Di era
(demokrasi) dimana jumlah mayoritas dituntut dan berkesempatan berkontribusi
besar dalam perubahan dan kemajuan wilayah, data faktawi inilah yang menjadi
dasar penting (strategi budaya) Rekonstruksi Sosial yang kita gagas.
Rekonstruksi
Sosial sebuah Model Awal Memajukan Kuningan
Satu hal; tanah, dalam agama ini,
ternyata adalah persoalan sekunder bukan yang utama. Sebab yang berpijak di
atas tanah adalah manusia maka di sanalah Islam pertama kali menyemaikan
dirinya: dalam ruang pikiran, ruang jiwa, dan ruang gerak manusia. Tanah
(administratif) hanya akan menjadi penting ketika komunitas baru telah
terbentuk yaitu sebuah entitas manusia beradab.
Secara struktural, unit terkecil dalam masyarakat manusia
adalah individu. Itulah sebabnya rekonstruksi sosial harus dimulai dari
sana; membangun ulang susunan kepribadian individu, mulai dari cara berpikir
hingga cara berprilaku. Setelah itu inidividu-individu itu harus disambungkan
satu sama lain dalam satu sistim jaringan yang baru, dengan dasar ikatan
kebersamaan yang baru, identitas kolektif yang baru, sistim distribusi sosisal
ekonomi politik yang juga baru.
Begitulah Rasulullah SAW memulai pekerjaannya. Beliau
melakukan penetrasi ke dalam wilayah Quraisy dan merekrut orang-orang terbaik
diantara mereka. Menjelang hijrah ke Madinah, beliau juga merekrut orang-orang
terbaik dari penduduk Yastrib.
Maka, terbentuklah sebuah komunitas baru dimana Islam
menjadi basis identitas mereka, akidah menjadi dasar ikatan kebersamaan mereka,
ukhuwah menjadi sistem jaringan mereka, dan keadilan menjadi prinsip
sistim distribusi sosial ekonomi politik mereka. Tapi perubahan itu bermula dari sana; dari dalam diri
individu, dari dalam pikiran, jiwa dan raganya.
Model rekonstruksi sosial seperti itu mempunyai landasan
pada sifat natural manusia, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Perubahan
mendasar akan terjadi dalam diri individu jika ada perubahan mendasar pada pola
pikirnya karena pikiran adalah akar perilaku. Masyarakat juga begitu. Ia
akan berubah secara mendasar jika individu-individu dalam masyarakat itu
berubah dalam jumlah yang relatif memadai. Tapi, model perubahan ini selalu
gradual dan bertahap. Prosesnya lebih cenderung evolusioner, tapi dampaknya
selalu bersifat revolusioner. Inilah makna firman Allah SWT:
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu
kaum sampai mereka mengubah diri mereka sendiri” (QS Ar Ra’du: 11)
Jadi, rekayasa budaya menuju masyarakat baru yang maju
dan beradab tinggi harus dimulai dari strategi besar rekonstruksi individu. Ini
pekerjaan rumit dan menantang. Namun, Inilah amal dakwah yang nubuwwah
sekaligus menarik.
Mari Kita Telaah Sirah Nabawi, tentang strategi
perubahan...
Hijrah dalam sejarah dakwah Rasulullah saw adalah sebuah
metamorfosis dari gerakan menuju pemberdayaan masyarakat dan negara. Tiga belas
tahun sebelumnya Rasulullah saw melakukan penetrasi social yang sangat
sistematis, dimana Islam menjadi jalan hidup individu: Islam ”memanusia”
dan kemudian memasyarakat. Sekarang, melalui hijrah, masyarakat itu bergerak
linear menuju pemberdayaan negara untuk berkontribusi bagi peradaban bumi.
Melalui hijrah gerakan itu menegara, dan madinah adalah wilayahnya.
Kalau individu membutuhkan akidah, maka Negara
membutuhkan sistem. Setelah komunitas Islam menegara, dan mereka memilih Madinah sebagai wilayahnya. Allah SWT menurunkan perangkat sistem yang mereka
butuhkan. Turunlah ayat-ayat hukum dan berbagai kode etik sosial, ekonomi,
politik, keamanan dan lain-lain. Lengkaplah sudah susunan kandungan sebuah
negara: manusia, tanah dan negara.
Apa yang dilakukan Rasulullah saw persis yang dilakukan
pemimpin politik yang akan membentuk negara.
1. Membangun infrastruktur negara dengan
masjid sebagai simbol dan perangkat utamanya
2. Menciptakan kohesi sosial (pertautan
orang) melalui proses persaudaraan antar komunitas darah yang berbeda tapi
menyatu sebagai komunitas agama, antara komunitas Quraisy dan Yastrib menjadi
komunitas Muhajirin dan Anshar
3. Membuat nota kesepakatan untuk hidup
bersama dengan komunitas lain yang berbeda, sebagai sebuah masyarakat
pluralistik yang mendiami wilayah yang sama, melalui piagam Madinah.
4. Merancang sistem pertahanan negara
melalui konsep Jihad fi sabilillah.
Lima tahun pertama
setelah hijrah kehidupan dipenuhi oleh kerja keras Rasulullah saw beserta para
sahabat beliau untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidup negara
Madinah. Dalam kurun waktu itu, Rasulullah saw telah melakukan lebih dari
40 kali peperangan dalam berbagai skala. Yang terbesar dari semua peperangan
tersebut adalah perang Khandak, dimana kaum muslimin keluar sebagai pemenang.
Setelah itu, tidak ada lagi yang terjadi di sekitar Madinah karena semua
peperangan sudah bersifat ekspansif.
Sebuah hikmah Sirah Nabi....
Jadi, apa yang
harus kita lakukan untuk menggagas Kuningan yang lebih baik dan maju, maka
sebagai sebuah bangunan sosial dan teritori, Kuningan membutuhkan :
1. Manusia, pihak yang akan mengisi suprastruktur. Yaitu manusia/penduduk
Kuningan yang berjumlah lebih dari 1.000.000 orang itu !!! dan 98 % diantaranya beragama Islam.
2. Sistem, perangkat lunak (software), sesuatu dengan apa kita
berprilaku dan bekerja.
Islam dalam hal ini ditawarkan sebagai pilihan objyektif. Karena Islam itu
adalah sistem, yang bersifat given, diberikan Allah SWT secara cuma-cuma. Tapi, manusia adalah sesuatu yang dikelola dan dibelajarkan sedemikian
rupa hingga sistem terbangun dalam dirinya, sebelum kemudian mengoperasikan
kemajuan Kuningan dengan visi dan karakter sistem tersebut. Ini dimaksudkan
agar pribadi dan umat Islam tidak kehilangan identitas aslinya untuk hidup maju
dan egaliter di negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
ini.
3. Jaringan Sosial. Manusia sebagai individu hanya
mempunyai efektifitas ketika ia terhubung dengan individu lainnya secara
fungsional dalam suatu arah yang sama.
Manusia dan sistem adalah bahan dasarnya sedangkan
jaringan sosial menjadi pendukung utamanya disamping potensi geografis dan ekonomis
Kuningan.
Itulah perangkat utama yang diperlukan untuk memajukan
Kuningan: Sistem, Manusia dan jaringan
Sosial. Apabila kedalam unsur-unsur utama itu kita masukkan unsur ilmu
pengetahuan dan unsur kepemimpinan maka keempat unsur utama tersebut
akan bersinergi dan tumbuh secara lebih cepat. Walaupun, secara implisit,
sebenarnya unsur ilmu pengetahuan sudah masuk ke dalam sistem, dan unsur
kepemimpinan sudah masuk ke dalam unsur manusia.
A. Manusia sebagai Pembawa Peran
dan Eksekutor
Menghimpun Kader Pemimpin yang Kompeten
Membicarakan perubahan dan kemajuan, perhatian kita
tertuju pada stok dan keberdayaan pemimpin kita. Dari prespektif itu; maka bila ingin memperbaiki umat
atau masyarakat, maka harus mengarah pada perbaikan individu. Konsep terbaik untuk
merubah individu adalah bekerja dengan meringkas waktu. Bahwa untuk itu kita
harus melihat individu yang akan berperan besar memajukan Kuningan itu
adalah individu yang mempunyai dua(2) kualifikasi:
1. Individu ini mempunyai fitrah untuk
berubah dan kembali kepada Islam. Dimana kadar kontaminasi budaya jahiliyah di
dalam dirinya relatif sedikit dan memiliki harapan untuk sembuh serta kembali
kepada Islam.
2. Orang itu hendaknya juga mempunyai
bakat & potensi dalam dirinya untuk menyembuhkan orang lain atau untuk
melakukan perubahan.
Jadi orang tersebut pertama mempunyai kesiapan untuk
berubah serta kedua kemampuan untuk mengubah. Sehingga nantinya
setiap orang yang berubah itu merupakan agen perubahan (agent of change)
selanjutnya (efek multiflier). Inilah pekerjaan menghimpun sumber daya kader
pemimpin Kuningan masa depan.
B.
Berkontribusi Atas Nama Islam dan Kesadaran ke-Islam an
Dari sisi Islam dan umat Islam, yang kita sebut
pencapaian kemajuan Kuningan (maju, sehat, sejahtera) adalah bagaimana
mengembalikan hidup dan kehidupan masyarakat Kuningan (umat Islam) sesuai
kehendak Allah SWT atau mengatur hidup ini agar sesuai dengan design Allah.
Ikhtiar menyiapkan kader umat yang kompeten tadi dapat dilakukan dengan metoda:
Afiliasi, partisipasi dan kontribusi. Langkah-langkah dimaksud adalah;
1. Afiliasi (personal strength)
Merupakan tahap awal di mana seseorang bergabung dan memperbaharui kembali
;
a. Komitmentnya terhadap Islam
- komitmen aqidah
yaitu menetapkan tujuan dan orientasi/visi/misi kehidupan
- komitmen ibadah
yaitu menentukan pola dan jalan kehidupan atau cara kita menjalani kehidupan
- komitmen akhlaq
yaitu menentukan pola sikap dan perilaku dalam segala aspek kehidupan
b. Menjadikan islam sebagai basis
identitas yang membentuk paradigma,
c.
Memperbaharui
mentalitas dan karakternya.
Pada tahap ini
seorang muslim akan menjadi kuat secara pribadi karena memiliki ;
- Paradigma kehidupan yang benar dan jelas,
- Struktur mentalitas yang solid dan kuat serta
- Karakter yang kokoh dan tangguh
2. Partisipasi, (Social strength)
Merupakan tahap kedua di mana seorang
muslim telah mencapai kesempurnaan pribadinya, yang kemudian terjun ke
masyarakat, menyatu dan bersinergi dengan mereka dalam rangka mendistribusikan
keshalihannya. Dalam proses ini, ada 3 hal yang perlu
dilakukan, yaitu:
a.
Komitmen untuk mendukung semua proyek
kebajikan dan melawan semua projek kerusakan di tengah masyarakat
b.
Komitmen untuk selalu menjadi aktor
pemberi atau pembawa manfaat dalam masyarakat
c.
Komitmen untuk selalu menjadi faktor perekat masyarakat dan pencegah
disintegrasi sosial.
Pada tahap ini maka seorang muslim akan
menjadi seorang yang memiliki kesadaran partisipasi yang kuat, karena ia;
- Menjadi aset kebajikan yang terintegrasi dengan komunitasnya serta
- Menjadi faktor perekat dan pembawa manfaat dalam masyarakat.
3. Kontribusi (Contributing/professional touch)
Merupakan tahap
ketiga di mana seorang muslim yang sudah terintegritas dengan komunitas dan
lingkungannya (keluarga, perusahaan dan masyarakat) berusaha meningkatkan
efisiensi dan evektifitas hidupnya). Caranya dengan menajamkan posisi dan
perannya, sehingga memiliki bidang spesialisasi yang dikuasainya. Dengan itu,
ia akan dapat memberikan kontribusi sebesar-besarnya dan menyiapkan "amal
unggulan" dalam hidupnya. Amal itu ia persembahkan bagi Allah, ummat dan
kemanusiaan secara umum, bagi komunitas sosial dan bisnisnya secara khusus.
Pada tahap ini seorang muslim akan menjadi seorang yang ;
- Selalu berorientasi pada amal, karya dan prestasi
- Secara konsisten
melakukan perbaikan dan pertumbuhan yang berkesinambungan dengan bidang yang ditekuninya
tersebut.
Jadi secara
ringkas, manusia muslim tadi harus bergabung dulu dengan Islam (afiliasi) secara
utuh hingga Islam menjadi karakter dirinya (kesalehan pribadi), kemudian ia
berinteraksi dan bergaul dengan masyarakat dan permasalahannya (partisipasi)
menyemai kesalehan pribadinya agar lingkungan masyarakatnya ikut saleh. Selanjutnya
ia menjadi pekerja-pekerja profesional atau ulung pada bagitu banyak aspek
dengan keahlian khusus (kontribusi) membuatnya memiliki kesalehan profesi dalam
amanah, baik sebagai pelayan publik (PNS), pekerja, wirausahawan, profesional
dan lain sebagianya.
Jangan di balik
atau tidak berurut karena tampak bukan memberi solusi tapi kadang menjadi
problema baru dalam meretas sumbangsih Islam dan umat Islam.
C. Membangun Jaringan Sosial
Orang-orang shalih
diantara kita harus segera menyadari bahwa tidak banyak yang ia berikan atau sumbangkan
untuk Islam kecuali jika ia bekerja di dalam dan melalui jama’ah (kolektifitas/organisasi).
Mereka tidak dapat menghindari fakta,;
Ø Tidak ada orang yang dapat
mempertahankan hidupnya tanpa bantuan orang lain
Ø Tidak pernah ada orang yang dapat
melakukan segalanya atau menjadi segalanya,
Ø Kecerdasan individual tidak pernah
dapat mengalahkan kecerdasan kolektif
Ø Kita hidup dalam sebuah zaman yang oleh
para ahli dicirikan sebagai masyarakat jaringan, masyarakat organisasi. Semua
aktivitas manusia dilakukan di dalam dan melalui organisasi; pemerintahan,
politik, militer, bisnis, kegiatan sosial kemanusiaan, rumah tangga, hiburan
dan lain-lain. Itu merupakan kata kunci, mengapa masyarakat modern menjadi
sangat efektif, efisien dan produktif.
Masyarakat modern bekerja dengan
kesadaran bahwa keterbatasan-keterbatasan yang ada pada setiap individu
sesungguhnya dapat dihilangkan dengan mengisi keterbatasan mereka itu dengan
kekuatan-kekuatan yang ada pada individu yang lain.
Disinilah perlunya jaringan sosial itu,
jaringan kekuatan pencari/pembangun-pemelihara dan pembela kebenaran (baik
kebenaran yang dilihat manusia atau universal dari Allah SWT). Mereka yang
dihimpun adalah para pemikir konseptual (startegi perencanaan dan gerakan),
para eksekutor yang handal dan efektif, para donasi yang ikhlas dan berdaya,
para perakit ikatan kebersamaan masyarakat. Mereka adalah Jaringan media, lobi
politik, dana, serta fikrah yang produktif dan solutif. Jaringan itu dapat
berupa organisasi atau lembaga yang mewadahi orang-orang tadi.
Musuh-musuh Al Haq mengelola dan
mengorganisasi pekerjaan-pekerjaan mereka dengan rapi, sementara kita bekerja
sendiri-sendiri tanpa organisasi, dan kalau ada biasanya tanpa manajemen.
Selain kesadaran
dasar yang harus ditumbuhkan tadi, ada persyaratan psikologis lain yang harus dimiliki
jaringan agar dapat bekerja lebih efektif, efisien dan produktif yaitu;
1. Kesadaran bahwa kita hanya lah bagian
dari fungsi pencapaian tujuan. Individu harus ditempatkan sebagai salah satu elemen saja dalam startegi
besar komprehensif untuk mencapai tujuan. Jadi sehebat apapun individu, bahkan
sebesar apapun kontribusinya, dia tidak boleh merasa lebih besar daripada
strategi dimana ia merupakan salah satu bagiannya. Bila tidak organisasi ini
akan berantakan. Untuk itu, setiap individu harus memiliki kerendahan
hati yang tulus.
2. Semangat memberi yang mengalahkan
semangat meminta. Dalam kehidupan
berorganisasi atau berjama’ah terjadi proses memberi dan meminta. Disini kita
butuh kearifan dan keikhlasan yang tinggi.
3. Kesiapan untuk menjadi tentara yang
kreatif. Pusat stabilitas
organisasi adalah kepemimpinan yang kuat. Namun, seorang pemimpin hanya akan
efektif apabila ia mempunya anggota-anggota yang taat dan setia. Ketaatan
dan kesetiaan adalah inti keprajuritan.
4. Berorientasi pada karya, bukan pada
posisi. Jebakan terbesar
yang dapat menjerumuskan kita dalam kehidupan berorganisasi adalah posisi
struktural. Organisasi hanyalah wadah kita untuk beramal.
5. Bekerjasama walaupun berbeda. Perbedaan adalah tabiat kehidupan
yang tidak dapat dimatikan oleh organisasi. Maka, menjadi hal yang salah jika
berharap bisa hidup dalam sebuah organisasi yang bebas dari perbedaan. Yang
harus kita tumbuhkan adalah kemampuan jiwa dan kelapangan dada untuk tetap
bekerjasama di tengah berbagai perbedaan. Perbedaan tidaklah sama dengan
perpecahan, dan karena itu kita tetap dapat bersatu walaupun kita
berbeda.
Bekontribusi Melalui Wadah Organisasi Islam
Lebih realistis
untuk mencari organisasi yang efektif daripada organisasi yang ideal.
Organisasi yang efektif adalah organisasi yang dapat mengeksekusi atau
merealisasikan rencana-rencananya. Kemampuan eksekuasi itu lahir dari integrasi
antara berbagai elemen;
Ø Ada sasaran dan target yang jelas,
Ø Strategi yang tepat,
Ø Sarana pendukung yang memadai,
Ø Pelaku yang bekerja dengan penuh
semangat,
Ø Lingkungan strategis yang kondusif.
Organisasi yang
didirikan untuk kepentingan menegakkan syariat Allah SWT di muka bumi, atau
ikut berkontribusi memajukan Kuningan seyogyanya memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
1.
Ikatan akidah, bukan kepentingan.
Orang-orang yang
berhimpun dalam organisasi itu disatukan oleh ikatan akidah, dipersaudarakan
oleh iman, dan bekerja untuk kepentingan Islam. Mereka tidak disatukan oleh
kepentingan duniawi yang biasanya lahir dari dua kekuatan syahwat; keserakahan
(hubbud dunya) dan ketakutan akan kehancuran (karihatul maut).
2.
Organisasi adalah sarana bukan tujuan.
Posisinya harus
tegas dan jelas; organisasi adalah sarana bukan tujuan, sehingga tidak ada
alasan unutk memupuk dan memelihara fanatisme sekedar untuk menunjukkan
kesetiaan kepada organisasi.
3.
Sistem, bukan tokoh.
Organisasi akan
menjadi efektif jika orang-orang yang ada didalamnya bekerja dengan sebuah
sistem yang jelas, bukan bekerja dengan seseorang yang berfungsi sebagai
sistem. Pemimpin dan prajurit hanyalah bagian dari strategi, sistem adalah
sesuatu yang terpisah. Dengan cara ini, kita mencegah munculnya diktatorisme,
dimana selera sang pemimpin menjelma menjadi sistem.
4.
Penumbuhan, bukan pemanfaatan.
Sebuah organisasi
akan menjadi efektif jika ia memandang dan menempatkan orang-orang yang
bergabung ke dalamnya sebagai pelaku-pelaku, yang karenanya perlu ditumbuh
kembangkan secara terus menerus untuk fungsi pencapaian tujuan organisasi itu.
5.
Mengelola perbedaan, bukan mematikannya.
Organisasi yang
efektif selalu mampu mengubah keragaman menjadi sumber kreatifitas kolektifnya,
dan itu dilakukan melalui mekanisme syura yang dapat memfasilitasi setiap
perbedaan untuk diubah menjadi konsesus
Setelah kita menyiapkan kehadiran mereka, maka kita tinggal mengucapkan
selamat datang dan selamat bekerja .... para Pemuda hari ini kelompok pemilik
saham kebangkitan dan kemajuan masa depan Kuningan....untuk membangun karya
agung; ”Kuningan yang maju dan mubarok”.
Semoga Allah SWT menghimpun semua kebaikan kita sebagai kekuatan yang
efektif untuk menyelesaikan tugas bersama mengurusi tantangan permasalahan Kuningan.
Amin.
Wallahu ’alam bishawab